Monday 17 November 2025 - 09:21
Pelajaran dari Al-Qur'an | Apakah Kesejahteraan dan Nikmat Selalu Menjadi Tanda Rahmat Allah Swt?

Hawzah/ Sebagian orang, ketika melihat kesejahteraan orang-orang yang jauh dari perintah-perintah Ilahi, mereke melontarkan pertanyaan: "Mengapa mereka harus tenggelam dalam nikmat-nikmat duniawi?". Jawaban atas pertanyaan ini dapat ditemukan dalam ayat-ayat Al-Qur'an dan riwayat dari para Maksum 'alaihimussalam.

Berita Hawzah– Allah Swt berfirman dalam Al-Qur'an Al-Karim mengenai orang-orang yang melupakan perintah-perintah Ilahi, namun pada saat yang sama mereka berada dalam naungan nikmat-Nya:

¹{فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُکِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَیْهِمْ أَبْوَابَ کُلِّ شَیْءٍ حَتَّیٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ}

"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami-pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa".

Penjelasan:

Sebagian orang kerap melontarkan pertanyaan sepeti ini kepada orang-orang Mukmin: "Jika iman kepada Allah Swt dan komitmen pada semua ajaran agama dapat mendatangkan atau meningkatkan rezeki dan nikmat, lalu mengapa sebagian orang masih bisa menikmati kesejahteraan dan kenyamanan dalam hidupnya, sedangkan mereka tidak memiliki agama maupun iman kepada Allah Swt, dan bahkan bertindak melawan perintah Ilahi dan bermaksiat kepada-Nya?". Ayat yang telah disebutkan diatas dapat menjadi awal yang baik untuk menjawab pertanyaan ini.

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa sebagian orang yang melupakan dan tidak mematuhi serta mengamalkan perintah-perintah Allah Swt. Malah sebaliknya, Allah Swt membuka pintu segala nikmat untuk mereka, dan memenuhi segala kebutuhannya yang membuat mereka senang!

Terdapat sebuah riwayat dari Rasulullah Saw mengenai masalah ini yang dapat menjadi pencerahan. Beliau bersabda:

²{إِذَا رَأَیْتَ اَللَّهَ یُعْطِی عَلَی اَلْمَعَاصِی فَإِنَّ ذَلِکَ اِسْتِدْرَاجٌ مِنْهُ}

"Jika engkau melihat Allah memberikan (nikmat duniawi) atas (dosa-dosa) kemaksiatan, maka sesungguhnya itu adalah istidraj (kehancuran secara bertahap) dari-Nya."

Berdasarkan ayat Al-Qur'an dan sabda Rasulullah SAW, kita dapat menyimpulkan bahwa istidraj ini adalah salah satu sunnah dan hukum Allah Swt. Artinya, jika seseorang terus bermaksiat kepada Allah Swt, dan tidak mengindahkan perintah-perintah agama, namun pada saat yang sama ia masih bisa menikmati kenyamanan dan kesejahteraan dalam hidupnya di bawah naungan nikmat-nikmat Ilahi, maka ia harus tahu bahwa dirinya sedang berada di jalur kehancuran-Nya sendiri. Dan tentu saja, kenyamanan yang ia nikmati ini bukanlah tanda perhatian dan rahmat Ilahi kepada-Nya.

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam memperingatkan kita tentang kebenaran ini dengan sabda-Nya:

³{یَا ابْنَ آدَمَ، إِذَا رَأَیْتَ رَبَّکَ سُبْحَانَهُ یُتَابِعُ عَلَیْکَ نِعَمَهُ وَ أَنْتَ تَعْصِیهِ، فَاحْذَرْهُ}

"Wahai anak Adam! Ketika engkau melihat Tuhanmu, Yang Maha Suci, terus-menerus melimpahkan nikmat-Nya kepadamu, padahal engkau bermaksiat kepada-Nya, maka berhati-hatilah (waspadalah terhadap-Nya)."

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan, kesejahteraan, kenyamanan, dan tenggelam dalam segala kenikmatan materi tidak selalu menunjukkan tanda rahmat dan perhatian Ilahi. Mungkin sebaliknya, hal itu bisa jadi pertanda dicabutnya rahmat Ilahi dari seseorang atau kaum tersebut.

Oleh karena itu, memahami dan mengenali sunnah serta hukum-hukum Allah dapat mengubah sudut pandang kita terhadap peristiwa dan fenomena di sekitar kita, sehingga kita senantiasa menilai segala sesuatu dari perspektif ilahi.

Catatan Kaki:

1. Surah Al-An'am, Ayat 44.
2. Tafsir Nur ats-Tsaqalain, jilid 1, halaman 718.
3. Nahj al-Balaghah, Hikmah ke-25.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha